Dear, Everlasting
Hey, apa kabarnya kamu? Aku harap kabarmu selalu baik. Gimana dengan kuliah dan pekerjaan kamu? Jadi kah kamu mengambil S3 mu di luar? ohh iya, gimana kabar ibu dan adikmu? Aku harap, jawaban dari semua pertanyaan aku tadi itu adalah baik-baik saja..
Setelah aku ingat-ingat lagi, ternyata kita sudah tidak lagi menjalin komunikasi selama hampir setahun ya. Lumayan lama untuk di katakan "menyembuhkan luka hati" yang ada saat ini. Ohh iya, aku ingin mengenang masa lalu aku bersamamu.. Aku ingin bercerita tentang kita lagi dulu, boleh kah?
Jujur, aku sangat merindukan kenangan kita dulu. Setiap hal yang kita lewati, kegiatan yang kita lakukan bersama, candaan, pertengkaran, apapun yang pernah kita hadapi bersama, walaupun semuanya itu kita lalui dengan media komunikasi - Handphone yang tergenggam erat di jemari kita, namun aku tetap merindukannya.
Aku masih ingat, ketika kita berangan-angan suatu saat nanti, kita akan menikah, mempunyai anak, dan hidup bahagia. Aku masih ingat ketika kamu menanyakan kabar "si kecil" kita yang masih dalam bayangan. Aku masih ingat ketika kamu marah, karena sikapku yang suka bercanda dengan penyakit maagku sendiri. Aku masih ingat ketika Handphone kamu lowbatt dan aku kebingungan mencarimu.. Aku masih ingat semuanya. Kalau kamu, bagaimana denganmu? Apakah kamu masih mengingatnya? Masih mengingat kenangan kita dulu?
Sungguh, waktu itu, waktu bersamamu merupakan hal yang indah yang pernah aku alami dalam hidup. Kamu mengajarkan aku banyak hal, termasuk tentang CINTA. Kamu mengajarkan aku bagaimana cara menyayangi seseorang dengan tulus, belajar untuk percaya kepada pasangan, dan kamu, kamu mengajarkan aku bagaimana rasanya akan takut kehilangan. Kamu mengajarkan banyak hal. Bahkan disaat aku mulai benar-benar menaruh harapanku padamu, kamu juga mengajarkan bahwa "jangan terlalu berharap pada seseorang" yang kamu tunjukkan melalui sikapmu padaku.
Tiba-tiba saja, kamu berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal. Kamu berbeda. Tidak seperti dulu lagi. Dirimu yang sering menghilang, dan kemudian datang kembali, membuatku bingung, bingung akan apa yang harus aku lakukan. Mencarimu? Ya, aku sudah mencarimu, dan hasil yang aku dapatkan, nihil. Sikapmu yang seperti itu terkadang membuat aku ingin menyerah, menyerah dalam jalinan cinta yang kita rajut bersama. Namun, kata-kata maaf yang sering kamu ucapkan, kata-kata "merindu" mu yang sering kau lontarkan, membuat aku sungguh tak berdaya untuk meninggalkanmu sendirian. Berulang kali kamu berjanji untuk selalu mengabariku, namun tak pernah kau tepati janjimu itu. Tahu kah kamu apa yang aku rasakan? Hatiku hancur, hancur menjadi kepingan-kepingan yang tak berarti. Kamu sendiri tahu, bahwa hubungan yang kita jalin ini adalah hubungan jarak jauh yang membutuhkan intensitas komunikasi lebih banyak. Tapi kamu sendiri yang mengurangi intensitas tersebut.
Ahh, maaf, aku terlalu emosional. Ohh iya, tanggal 17 Mei kemarin, kita udah setahun loh, itu pun kalau kamu tidak mengakhiri hubungan kita. Tanggal 17 Mei kemarin aku teringat tentang semua kenangan kita, makanya aku menulis surat ini..
Ohh iya, hampir lupa. Aku menulis surat ini dengan tujuan untuk mengucapkan banyak terima kasih ke kamu. Terima kasih karna kamu sudah dan mau mengisi hari-hariku. Terima kasih karna kamu sudah mengajariku banyak hal. Terima kasih karna sudah pernah mengukir namamu dan luka di hatiku. Terima kasih karna kamu sudah mengakhiri hubungan kita. Terima kasih karna kamu sudah memberikan aku kesempatan untuk mendapatkan pengganti yang lebih baik dari kamu. Ya, sekarang aku sudah punya kekasih. Dia baik, lucu, menyenangkan. Walaupun dia tidak seperti kamu, tapi yang aku tau, aku sayang sama dia, apapun kondisi dia saat ini. Dia unik, dia berbeda sama kamu. Dia sangat suka dengan musik reggae. Dia suka ngelawak, dan satu hal lagi yang buat aku benar-benar sangat menyayanginya adalah dia jujur. Dia mau terbuka sama aku, jujur sama aku tentang apapun yang dia lakukan atau alami. Apa yang aku harapkan dari kamu, dan harapan aku tidak aku temukan di kamu, ternyata aku temukan dalam dirinya.
Sekarang hubungan kami sudah menginjak 7 bulan. Ohh iya, namanya Nova. Cowok dengan segala kepolosannya yang membuat aku jatuh cinta itu namanya Nova. Terima kasih karna kamu sudah memberikan aku kesempatan untuk bertemu dengan Nova. Aku pikir, setelah hubungan kita berakhir, aku tidak bisa menyayangi pria lain lagi. Tapi ternyata aku salah. Cowok yang penuh dengan kepolosan seperti Nova, bisa membuat aku jatuh cinta lagi. Dia yang menyembuhkan luka ku karnamu. Dia juga yang mengganti namamu di hatiku menjadi namanya. Dia istimewa, sangat istimewa buatku. Sungguh, bertemu dengannya adalah kebahagiaan tersendiri buatku, dan itu tentu dengan bantuan kamu. Jangan pikir bahwa ketika aku menulis surat ini untukmu, aku sedih dan menangis. Kamu salah, saat ini, ketika aku menulis surat ini, aku benar-benar bahagia. Kamu tahu kenapa? Karna ketika aku menulis surat ini, aku ditemani Nova, yang aku ceritakan tadi ke kamu. Dia mendukungku untuk menuliskan surat ini. Aku berharap, kamu juga mendapatkan pengganti yang lebih baik dari aku, yang bisa membuat kamu nyaman..
Ini suratku yang pertama dan terakhir.. Sekarang aku harus menemani kekasihku makan. Semoga keadaan kamu semakin baik ya, sukses buat pekerjaanmu dan kuliahmu..
Salam dariku,..
Sang Merpati
Hey, apa kabarnya kamu? Aku harap kabarmu selalu baik. Gimana dengan kuliah dan pekerjaan kamu? Jadi kah kamu mengambil S3 mu di luar? ohh iya, gimana kabar ibu dan adikmu? Aku harap, jawaban dari semua pertanyaan aku tadi itu adalah baik-baik saja..
Setelah aku ingat-ingat lagi, ternyata kita sudah tidak lagi menjalin komunikasi selama hampir setahun ya. Lumayan lama untuk di katakan "menyembuhkan luka hati" yang ada saat ini. Ohh iya, aku ingin mengenang masa lalu aku bersamamu.. Aku ingin bercerita tentang kita lagi dulu, boleh kah?
Jujur, aku sangat merindukan kenangan kita dulu. Setiap hal yang kita lewati, kegiatan yang kita lakukan bersama, candaan, pertengkaran, apapun yang pernah kita hadapi bersama, walaupun semuanya itu kita lalui dengan media komunikasi - Handphone yang tergenggam erat di jemari kita, namun aku tetap merindukannya.
Aku masih ingat, ketika kita berangan-angan suatu saat nanti, kita akan menikah, mempunyai anak, dan hidup bahagia. Aku masih ingat ketika kamu menanyakan kabar "si kecil" kita yang masih dalam bayangan. Aku masih ingat ketika kamu marah, karena sikapku yang suka bercanda dengan penyakit maagku sendiri. Aku masih ingat ketika Handphone kamu lowbatt dan aku kebingungan mencarimu.. Aku masih ingat semuanya. Kalau kamu, bagaimana denganmu? Apakah kamu masih mengingatnya? Masih mengingat kenangan kita dulu?
Sungguh, waktu itu, waktu bersamamu merupakan hal yang indah yang pernah aku alami dalam hidup. Kamu mengajarkan aku banyak hal, termasuk tentang CINTA. Kamu mengajarkan aku bagaimana cara menyayangi seseorang dengan tulus, belajar untuk percaya kepada pasangan, dan kamu, kamu mengajarkan aku bagaimana rasanya akan takut kehilangan. Kamu mengajarkan banyak hal. Bahkan disaat aku mulai benar-benar menaruh harapanku padamu, kamu juga mengajarkan bahwa "jangan terlalu berharap pada seseorang" yang kamu tunjukkan melalui sikapmu padaku.
Tiba-tiba saja, kamu berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal. Kamu berbeda. Tidak seperti dulu lagi. Dirimu yang sering menghilang, dan kemudian datang kembali, membuatku bingung, bingung akan apa yang harus aku lakukan. Mencarimu? Ya, aku sudah mencarimu, dan hasil yang aku dapatkan, nihil. Sikapmu yang seperti itu terkadang membuat aku ingin menyerah, menyerah dalam jalinan cinta yang kita rajut bersama. Namun, kata-kata maaf yang sering kamu ucapkan, kata-kata "merindu" mu yang sering kau lontarkan, membuat aku sungguh tak berdaya untuk meninggalkanmu sendirian. Berulang kali kamu berjanji untuk selalu mengabariku, namun tak pernah kau tepati janjimu itu. Tahu kah kamu apa yang aku rasakan? Hatiku hancur, hancur menjadi kepingan-kepingan yang tak berarti. Kamu sendiri tahu, bahwa hubungan yang kita jalin ini adalah hubungan jarak jauh yang membutuhkan intensitas komunikasi lebih banyak. Tapi kamu sendiri yang mengurangi intensitas tersebut.
Ahh, maaf, aku terlalu emosional. Ohh iya, tanggal 17 Mei kemarin, kita udah setahun loh, itu pun kalau kamu tidak mengakhiri hubungan kita. Tanggal 17 Mei kemarin aku teringat tentang semua kenangan kita, makanya aku menulis surat ini..
Ohh iya, hampir lupa. Aku menulis surat ini dengan tujuan untuk mengucapkan banyak terima kasih ke kamu. Terima kasih karna kamu sudah dan mau mengisi hari-hariku. Terima kasih karna kamu sudah mengajariku banyak hal. Terima kasih karna sudah pernah mengukir namamu dan luka di hatiku. Terima kasih karna kamu sudah mengakhiri hubungan kita. Terima kasih karna kamu sudah memberikan aku kesempatan untuk mendapatkan pengganti yang lebih baik dari kamu. Ya, sekarang aku sudah punya kekasih. Dia baik, lucu, menyenangkan. Walaupun dia tidak seperti kamu, tapi yang aku tau, aku sayang sama dia, apapun kondisi dia saat ini. Dia unik, dia berbeda sama kamu. Dia sangat suka dengan musik reggae. Dia suka ngelawak, dan satu hal lagi yang buat aku benar-benar sangat menyayanginya adalah dia jujur. Dia mau terbuka sama aku, jujur sama aku tentang apapun yang dia lakukan atau alami. Apa yang aku harapkan dari kamu, dan harapan aku tidak aku temukan di kamu, ternyata aku temukan dalam dirinya.
Sekarang hubungan kami sudah menginjak 7 bulan. Ohh iya, namanya Nova. Cowok dengan segala kepolosannya yang membuat aku jatuh cinta itu namanya Nova. Terima kasih karna kamu sudah memberikan aku kesempatan untuk bertemu dengan Nova. Aku pikir, setelah hubungan kita berakhir, aku tidak bisa menyayangi pria lain lagi. Tapi ternyata aku salah. Cowok yang penuh dengan kepolosan seperti Nova, bisa membuat aku jatuh cinta lagi. Dia yang menyembuhkan luka ku karnamu. Dia juga yang mengganti namamu di hatiku menjadi namanya. Dia istimewa, sangat istimewa buatku. Sungguh, bertemu dengannya adalah kebahagiaan tersendiri buatku, dan itu tentu dengan bantuan kamu. Jangan pikir bahwa ketika aku menulis surat ini untukmu, aku sedih dan menangis. Kamu salah, saat ini, ketika aku menulis surat ini, aku benar-benar bahagia. Kamu tahu kenapa? Karna ketika aku menulis surat ini, aku ditemani Nova, yang aku ceritakan tadi ke kamu. Dia mendukungku untuk menuliskan surat ini. Aku berharap, kamu juga mendapatkan pengganti yang lebih baik dari aku, yang bisa membuat kamu nyaman..
Ini suratku yang pertama dan terakhir.. Sekarang aku harus menemani kekasihku makan. Semoga keadaan kamu semakin baik ya, sukses buat pekerjaanmu dan kuliahmu..
Salam dariku,..
Sang Merpati